Tidak benar jika manusia berharap kelak hidupnya berakhir di
neraka. Sebagai orang beriman, mereka pasti memilihi surgalah tujuan akhir dari
hidup mereka. Pertanyaannya adalah, "dimana mereka bisa mendapat informasi
tentang bagaimana caranya untuk bisa sampai ke Surga, dan seperti apa
sesunguhnya khidupan di sana ?"
Agama adalah lembaga yang tepat bagi manusia untuk mengetahui
lebih jauh, tentang kehidupan kelak setelah kematian. Melalui lembaga ini,
manusia akan mendapat pengajaran bagaimana mereka bisa sampai ke surga, dan
bagaimana mereka bisa menghindar dari siksa neraka. Agama adalah tempat bagi
manusia untuk bisa mengetahui lebih sempurna, seperti apa kebahagiaan hidup di
surga dan seperti apa penderitaan hidup di neraka.
Agama juga mengajarkan, bahwa perilaku dan perbuatan mereka,
menjadi hal yang sangat menentukan apakah kelak setelah kematian, mereka masuk
surga atau sebaliknya ke neraka. Semua tergantung kepada manusia itu sendiri.
Jika ia berbuat baik, dan semakin banyak berbuat baik maka pahala akan semakin
banyak, maka semakin besar peluang masuk Surga.
Sebaliknya agama mengingatkan dengan keras, bahwa segala bentuk
perbuatan jahat adalah tiket bagi manusia masuk ke dalam neraka, dan semakin
banyak melakukan perbuatan jahat terhadap sesama, maka peluang untuk masuk ke
neraka jahanam akan semakin besar. Hebatnya, semakin hal ini diketahui oleh
manusia, semakin banyak manusia melakukan tindak kejahatan.
Ada banyak lembaga, yang menyatakan diri sebagai lembaga agama. Masing-masing
lembaga memiliki model dan ajaran berbeda-beda, tetapi sifat pengajarannya,
semua berdasarkan kebajikan. Agama berasal dari Bahasa Arab, yang secara umum
memiliki arti "tidak kacau balau". Dengan demikian,
agama adalah lembaga yang diharapkan untuk membuat hidup manusia tidak kacau
balau.
Tetapi pada prakteknya, agama seringkali menjadi permasalahan bagi
manusia. Model ajaran yang berbeda, justru lebih sering dikomunikasikan,
daripada sifat dasar agama itu sendiri, yaitu pengajaran berdasarkan kebajikan.
Setiap agama memiliki peraturan masing-masing, yang harus dilaksanakan para
pengikutnya. Hanya dengan melaksanakan aturan itulah kemudian para pengikutnya
berhak masuk sorga.
Tak sedikit manusia menjadi bingung dengan banyaknya agama yang ada.
Kebingungan itu semakin meningkat, ketika semua agama mengkalim bahwa kelompok
mereka adalah jalan kebenaran, sementara yang lain tidak. Demi status
kebenaran, pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama lainnya, tak segan
untuk saling mengumpat, saling mencela, saling menghina dan tak jarang berakhir
pada adu fisik, bahkan tak sedikit akhirnya saling membunuh.
Permasalahan yang terjadi akibat saling mengklaim tentang jalan
kebenaran, kemudian berkembang menjadi permusuhan. Permusuhanpun semakin meningkat,
ketika perpindahan agama dipublikasikan secara luas oleh kelompok agama baru,
tempat dimana orang itu berpindah agama. Dengan mempublikasikan peristiwa itu,
tentu saja akan melahirkan komentar atau pernyataan, yang nadanya tak jauh dari
pujian oleh kelompok agama yang didatangi, sebaliknya komentar dari kelompok
agama yang ditinggalkan, akan mencela semua peristiwa perpindahan itu.
Menyebar-luaskan peristiwa perpindahan agama lewat media
(khususnya media sosial), rasanya tidak perlu dilakukan. Efek yang terjadi
akibat perbuatan itu, hampir semua menimbulkan efek negatif. Tidak sedikit
akibat dari penyebaran informasi tentang perpindahan itu, akhirnya melahirkan
permusuhan diantara yang ditinggalkan dengan yang didatangi. Jika yang terjadi
adalah permusuhan, buat apa peristiwa perpindahan agama disebar-luaskan.
Semua orang tau, bahwa surga adalah tempat yang nyaman, walau
orang hidup belum pernah dari surga, dan mereka yang telah meninggal tak pernah
kembali untuk membawa berita. Sebagai orang beriman, setiap insan pasti
mengamini bahwa surga adalah tempat yang nyaman dan semua orang berkeinginan
untuk mendapat tempat di surga.
Untuk mendapatkan hak sebagai pemilik sebuah tempat di surga,
manusia harus menempa diri terlebih dahulu semasa hidupnya. Mereka harus
menjadi makhluk yang baik, berperilaku baik, taat kepada perintah agama, patuh
kepada doktrin dan norma agama itu sendiri. Dengan melakukan itu, orang beriman
percaya, mereka adalah orang-orang yang dijamin menjadi penghuni surga.
Agama adalah lembaga seumpama kendaraan umum, akan menjadi
kendaraan yang tepat menuju ke surga, jika tokoh yang nakhodanya dapat
mengemudikan kendaraannya dengan baik. Nakhoda yang baik akan mengusahakan
kendaraannya melaju di jalan yang baik dan berjalan di arah yang benar, sampai
kemudian seluruh penumpang tiba di tujuan dengan selamat.
Begitu juga mereka yang ikut menumpang di dalam kendaraan, harus
menjaga keseimbangan. Duduk dengan tertib, tidak menciptakan kegaduhan agar
kendaraan melaju dengan tenang dan nyaman. Dengan berperilaku baik seperti itu,
penumpang sudah membantu pengemudi dalam usaha menciptakan situasi yang
kondusif di dalam kendaraan.
Kekisruhan yang terjadi dalam sebuah kendaraan adalah salah satu
penyebab, mengapa penumpang memilih untuk turun di tengah jalan, lalu berpindah
ke kendaraan lain. Peristiwa semacam itu adalah salah satu upaya dari yang
bersangkutan, untuk mencapai tujuan dengan nyaman dan tenteram. Tetapi tidak
juga menutup kemungkinan, penumpang memilih untuk turun di tengah jalan, karena
tertarik dengan tata cara dan perilaku penumpang kendaraan lain, lalu memilih
untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan kendaraan tersebut.
Pengemudi diharapkan mampu mengendalikan dirinya, agar tidak
terpengaruh dengan hal-hal tak baik. Tidak terpengaruh dengan hal-hal
yang bertentangan dengan nilai dan norma kebaikan, sehingga kendaraan beserta
seluruh penumpangnya, juga mendapatkan penilaian yang baik, sebagai dampak dari
perbuatan dan perlakuan baik, yang ditunjukkan pengemudi saat mengemudikan
kendaraannya. Oleh karena itu,perlu diketahui bahwa pengemudi punya andil yang
sangat besar, menentukan kendaraan bisa sampai di tujuan dengan selamat.
Kalaupun ada kendaraan lain yang melaju dengan tujuan yang sama,
biarlah berjalan dan melaju bersama. Pengemudi tidak perlu mengganggu
perjalanan kendaraan lain. Sekalipun kendaraan lain tampak ingin melaju di
depan, biarlah terjadi seperti itu, karena alamat yang dituju tidak menentukan
syarat, yang cepat akan mendapat tempat yang lebih nikmat, yang lambat akan
mendapat kiamat.
Bukan bagaimana kendaraan sampai lebih dahulu tetapi bagaimana
kendaraan sampai di tujuan dengan selamat.
Kendaraan yang dikemudikan dengan cara yang tidak benar, melaju
dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka kendaraan itu memiliki peluang
mengalami kecelakaan dengan tingkat resiko yang sangat tinggi. Kendaraan yang
dipacu dengan ugal-ugalan, berisikan penumpang yang urakan dan selalu berusaha
mengganggu kendaraan lain, juga menjadi penyebab tingginya kemungkinan
mengalami kecelakaan. Jika kecelakaan sampai terjadi, maka kemungkingan untuk
tidak sampai di tujuan, sangat besar sekali.
Jangan pernah berpikir, kendaran yang besar dan indah akan
menjamin penumpang sampai di tujuan dengan selamat. Tanpa pengemudi yang baik
dan benar, seindah dan sebesar apapun kendaraan yang digunakan, tidak akan
menciptakan rasa nyaman pada penumpangnya. Berusahalah menjadi pengemudi dan
penumpang yang baik di dalam kendaraan yang sedang melaju, agar kendaraan dan
seluruh isi merasa nyaman dan boleh sampai pada tujuan akhir dengan selamat.