Aku pernah mengenal seorang wanita dan
menjalin hubungan cukup lama dengannya, dan aku mengasihi dia melebihi diriku
sendiri. Rangkaian kasih yang aku bangun bersama dia, tak pernah mendapat restu
dari kedua orang tuanya. Hal itu aku ketahui dari sikap kedua orang tuanya,
yang selalu berusaha untuk menyudahi hubungan itu. Namun
demikian, sekalipun mendapat hambatan dari kedua orang tuanya, aku
dan dia terus membangun hubungan walau dengan cara sembunyi-sembunyi.
Cukup lama hubungan itu berlangsung secara
rahasia. Tetapi semakin lama aku berpikir juga, dan mulai mempertanyakan
hubungan yang sedang kami jalani. Tidak baik, jika hubungan itu terus
berlangsung dengan sembunyi-sembunyi, toh kelak jika hubungan itu akan diakhiri
pada tingkat pernikahan, restu dari orang tua harus diperoleh.
Berat memang ketika kami dihadapkan pada
situasi itu. Memutuskan untuk tidak berpacaran lagi, memang menjadi pilihan
yang sangat sulit bagi kami berdua, karena banyak hal yang membuat keputusan
itu sangat sulit untuk kami jadikan sebagai kesimpulan. Walau berat, mau tidak
mau keputusan itu harus diambil, karena tidak ada alasan lagi, untuk terus
berpacaran dengan cara sembunyi-sembunyi.
Keputusan yang kami ambil, semakin menguat
mengingat kerasnya prinsip dan konsep hidup kedua orang tuanya, yang
menghendaki hubungan kami tidak boleh dilanjutkan, dan mengingat kami berdua
berasal dari status sosial dan latar belakang yang berbeda. Keputusanku semakin
mantap, ketika para sahabat turut andil dalam permasalahan yang sedang menimpa
hubungan kami. Para sahabat mendukung penuh keputusan yang kami ambil, karena memang
akan jauh lebih baik untuk tidak berpacaran lagi, daripada harus melakukannya
dengan cara sembunyi-sembunyi.
Tetapi saran dan masukan dari sahabat dan
keluarga menjadi kekuatan bagiku, kemudian membuatku semakin mantap pada
keputusan itu. Lalu dengan mengesampingkan restu dari kedua orang tuanya,
kamipun akhirnya "mangalua" alias kawin lari. Hal itu kami lakukan,
dalam upaya untuk menghindari segala kemungkinan yang akan terjadi, sebagai
reaksi dari keputusan kami. Kemudian aku dan dia menikah di kampung halamanku
di Siborong-borong, dengan meminta bantuan kakekku untuk mendukung niat kami.
Sungguh kami tidak berkeinginan mengambil
keputusan seperti itu. Tetapi keputusan itu terpaksa kami ambil, karena kami
tidak mau lagi menjalin hubungan dengan cara sembunyi-sembunyi. Siapapun pasti
akan lelah, jika dihadapkan dengan situasi seperti yang kami alami. Rasa cinta
satu sama lain, jauh lebih kuat dari prinsip dan kosnsep hidup kedua orang
tuanya, dan bahkan akan mengalahkan kekuatan apapun, yang berusaha untuk
memisahkan rangkaian kasih yang sudah kami bangun sejak lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar